Wednesday, April 19, 2017

Wiro Sableng #3 : Dendam Orang-orang Sakti

Wiro Sableng #3 : Dendam Orang-orang Sakti Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1WIRO SABLENG

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212

Karya: Bastian Tito

Episode : EMPAT BEREWOK DARI GOA SANGGRENG

LUKA besar di bekas kutungan tangan kanannya itu membuat tenaganya semakin lama semakin mengendur. Kalau tadi dengan segala tenaga yang ada macam manusia dikejar setan dia melarikan diri dari pekuburan Djatiwalu itu, maka kini jangankan lari, berjalan melangkahpun dia sudah tidak sanggup. Tubuhnya terhuyung-huyung. Nafasnya megap-megap seperti mau sekarat!

Saat itu dia berada di tepi sebuah jurang. Dalam larinya tadi dia tak memperhatikan lagi ke mana tujuannya sehingga di mana dia berada saat itu adalah satu tempat yang jarang didatangi manuisia. Sunyi senyap mencengkam menegakkan bulu roma. Matanya yang berkunang-kunang, pemandangannya yang semakin mengelam dan daya tenaga yang sudah habis sampai ke batasnya membuat tubuhnya tak ampun lagi jatuh terperosok ke dalam jurang ketika salah satu kakinya terserandung di bebatuan yang menonjol di tepi jurang.

Masih untun jurang itu buk
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #3 : Dendam Orang-orang Sakti Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Thursday, April 13, 2017

Wiro Sableng #24 : Penculik Mayat Hutan Roban

Wiro Sableng #24 : Penculik Mayat Hutan Roban Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1WIRO SABLENG

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212

Karya: Bastian Tito

Ketika perempuan tua pengurus jenazah memberitahu bahwa kain kafan siap untuk ditutupkan, Sri Surti Purwani meraung keras dan menubruk jenazah puterinya. Dipeluknya kuat-kuat seperti tak akan dilepaskan apapun yang terjadi.

Orang-orang perempuan yang ada di ruangan besar itu tak dapat menahan keharuan dan ikut mengucurkan air mata. Seorang lelaki bertubuh kurus, mengenakan blangkon coklat berbunga hitam dan baju lurik hitam bergaris kuning coklat, menyeruak di antara mereka yang hadir lalu memegang bahu Surti Purwani, berusaha menariknya seraya mengucapkan kata-kata membujuk.

"Sudah bune. Cukup..... Relakan anak kita pergi. Biar arwahnya tenang di alam baka..."

Setelah membujuk berulang kali dan menarik tubuh permpuan itu dengan susah payah, akhirnya lelaki tadi—Sumo Kabelan, suami Surti Purwani berhasil menjauhkan istrinya dari jenazah. Namun begitu terpisah perempuan ini langsung pingsan hingga terpaksa digotong ke kamar.

Sumo Kabelan Mengusap mukanya beberapa kali. Namun air mata tak kunjung terbendung. Sebelum kain kafan ditutup dia masih sempat mencium kedua pipi jenazah. Lalu dia tegak bersandar ke tiang besar ruangan dengan wajah yang ditutup dengan kedua tangan, menangis terisak-isak.

"Witri.... Witri... Malang
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #24 : Penculik Mayat Hutan Roban Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1